kopi Arabika Gayo
Description
Proses dry hulled (juga dikenal sebagai wet hulling atau giling basah) adalah metode pengolahan kopi yang umum digunakan di Indonesia, terutama di Sumatra. Proses ini menghasilkan kopi dengan karakteristik rasa yang khas, sering kali dengan body yang tebal dan keasaman yang rendah. Berikut tahapan utama dalam proses dry hulled:
1. Pemanenan
Ceri kopi dipanen saat matang (berwarna merah).
2. Pulping (Pengupasan Kulit Buah)
Kulit luar kopi dikupas menggunakan mesin pulper, menyisakan biji kopi yang masih dilapisi lendir (mucilage).
3. Fermentasi Singkat & Pencucian
Biji kopi difermentasi sebentar (kadang hanya beberapa jam) untuk mengurangi lendir.
Setelah itu, biji kopi dicuci untuk menghilangkan sisa lendir.
4. Pengeringan Awal (Hingga 30-40% Kadar Air)
Biji kopi dikeringkan hingga kadar airnya sekitar 30-40% (lebih tinggi dibanding metode lainnya).
5. Hulling (Pengupasan Kulit Tanduk/Pergam)
Dalam kondisi masih cukup basah, kulit tanduk (parchment) dikupas menggunakan mesin huller.
Inilah yang membedakan wet hulling dari metode lain seperti dry process atau washed process.
6. Pengeringan Lanjutan
Setelah kulit tanduk terkelupas, biji kopi yang masih memiliki kadar air cukup tinggi dikeringkan lebih lanjut hingga sekitar 12-14%.
7. Sortasi & Pengemasan
Setelah kadar air sesuai standar, biji kopi disortir berdasarkan ukuran dan kualitas sebelum dikemas dan dijual.
Karena proses ini dilakukan saat biji kopi masih memiliki kadar air tinggi, hasil akhirnya sering memiliki warna kehijauan atau kebiruan, dengan karakter rasa yang unik, sering kali earthy dan spicy.
Metode ini banyak digunakan oleh petani kecil di Indonesia karena lebih cepat dibanding metode full washed. Namun, karena kadar air yang lebih tinggi saat pengolahan, kopi ini lebih rentan terhadap cacat jika tidak ditangani dengan baik.
1. Pemanenan
Ceri kopi dipanen saat matang (berwarna merah).
2. Pulping (Pengupasan Kulit Buah)
Kulit luar kopi dikupas menggunakan mesin pulper, menyisakan biji kopi yang masih dilapisi lendir (mucilage).
3. Fermentasi Singkat & Pencucian
Biji kopi difermentasi sebentar (kadang hanya beberapa jam) untuk mengurangi lendir.
Setelah itu, biji kopi dicuci untuk menghilangkan sisa lendir.
4. Pengeringan Awal (Hingga 30-40% Kadar Air)
Biji kopi dikeringkan hingga kadar airnya sekitar 30-40% (lebih tinggi dibanding metode lainnya).
5. Hulling (Pengupasan Kulit Tanduk/Pergam)
Dalam kondisi masih cukup basah, kulit tanduk (parchment) dikupas menggunakan mesin huller.
Inilah yang membedakan wet hulling dari metode lain seperti dry process atau washed process.
6. Pengeringan Lanjutan
Setelah kulit tanduk terkelupas, biji kopi yang masih memiliki kadar air cukup tinggi dikeringkan lebih lanjut hingga sekitar 12-14%.
7. Sortasi & Pengemasan
Setelah kadar air sesuai standar, biji kopi disortir berdasarkan ukuran dan kualitas sebelum dikemas dan dijual.
Karena proses ini dilakukan saat biji kopi masih memiliki kadar air tinggi, hasil akhirnya sering memiliki warna kehijauan atau kebiruan, dengan karakter rasa yang unik, sering kali earthy dan spicy.
Metode ini banyak digunakan oleh petani kecil di Indonesia karena lebih cepat dibanding metode full washed. Namun, karena kadar air yang lebih tinggi saat pengolahan, kopi ini lebih rentan terhadap cacat jika tidak ditangani dengan baik.
Price history chart & currency exchange rate