PAKET BUKU HAKIKAT IBADAH, (Al-fathul mubin), (Intisari shaidul khatir) dan (Minhajul abidin)

(al-fathul mubin)
“Islam itu dibangun di atas lima [rukun (tiang)].” Demikian sabda sang pembawa kesempurnaan Islam.
Buku klasik ini hadir menyingkapkan bagi kita rahasia-rahasia kelima rukun Islam. Kita diajak menyelami
kedalaman makna bersuci, shalat, puasa, zakat, dan haji. Kita dibuat terbuka betapa semua bentuk ibadah
adalah hadiah dan anugerah Allah bagi hamba-Nya yang beriman.
Yang unik, Imam al-Sya‘rani juga ungkapkan bagaimana alam semesta ini menjalankan rukun Islam: bagaimana,
misalnya, jagat raya ini bershalat, bagaimana jagat raya ini berzakat, dan bagaimana jagat raya
ini berpuasa. Sehingga, kita pun dapat lebih dalam menghayati keislaman kita sendiri saat mengamalkan
setiap rukunnya. Kita pun selaras dan tak terasing dengan segala gerak alam semesta yang patuh
penuh menjalankan rukun Islam.
Inilah buku yang menyelamatkan kita dari beribadah sekadar rutinitas. Sebaliknya, kita dituntun untuk
beribadah secara cerdas dan berkualitas. Ibadah pun dirasakan bukan sekadar kewajiban, melainkan
wahana untuk menumbuhkan kemuliaan jiwa, ketenteraman batin, kesuksesan hidup, dan kebahagiaan
manusia sebagai hamba Allah.
(Intisari shaidulkhatir)
“Bahasa Ibnu al-Jauzi indah. Tutur katanya baik. Lisannya ringan. Penjelasannya bagus. Semoga umur
dan amalnya dikaruniai keberkahan. Lebih dari 40 tahun orang-orang menyimak nasihat-nasihatnya
dan terus membicarakan karya-karyanya.”
—Ibnu al-Dabîtsî
“Dalam memberikan nasihat, Ibnu Jauzi pemimpinnya. Tanpa ada yang menyangkal. Beliau pelantun
syair yang indah dan penggubah prosa yang memikat. Ibnu Jauzi pantas menyandang panji nasihat.”
—Al-Dzahabî
“Dalam urusan nasihat, Ibnu Jauzi memang tiada tandingnya. Mulai gaya penyampaiannya, kefasihan
lisannya, kedalaman bahasannya, kesegaran dan keindahan ungkapannya, ketajaman nasihat-nasihatnya,
kedalaman makna-makna indahnya, hingga kemampuannya mendekatkan perkara abstrak dan
langka seolah terlihat dan nyata melalui ungkapan ringkas tapi jelas.”
(Minhajul abidin)
Imam Al-Ghazali mengajak kita merenungi kembali hakikat ibadah dan berbagai tahapan yang harus
ditempuh jika kita menginginkan kesempurnaan ibadah.