Beras Jagung (beras Inovasi IPB) berat 2kg

PENTING UNTUK SELALU MENANYAKAN KETERSEDIAAN BARANG.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan beras analog dari jagung, singkong dan sagu. Beras dengan indeks glikemik rendah ini cocok untuk penderita diabetes dan mereka yang menjalani gaya hidup sehat.
Dibandingkan dengan beras yang biasa dikonsumsi masyarakat, BPPT memastikan beras analog ini lebih sehat.
Hadirnya beras analog ini pun merupakan bagian dari program diversifikasi pangan, melalui bahan baku lokal.
Direktur Pusat Teknologi Agroindustri BPPT, Nenie Yustiningsih mengatakan, jika indeks glikemik di bawah 55 adalah rendah, sedangkan dalam kandungan beras atau nasi bisa mencapai 70, yang mampu mempercepat pelepasan gula ke dalam darah.
"Kita ingin subtitusi beras, padi, terigu dengan pangan lokal," katanya, dalam paparan hasil riset pangan BPPT di Jakarta, Selasa (16/6).
Teknologi pengolahan produk pangan yang dikembangkan BPPT adalah teknologi ekstrusi. Teknologi ini memungkinkan tercapainya target gizi tertentu dalam suatu produk pangan melalui pengaturan komposisi bahan. Selain itu, dihasilkan pula beberapa bentuk produk dengan menggunakan satu jenis alat.
Setelah melalui tahapan proses pendahuluan berupa pencampuran bahan, pengadonan dan pragelatinisasi, bahan pangan dapat dicetak menjadi bentuk mi, makaroni dan beras dengan alat ekstruder.
Ekstruder yang dikembangkan BPPT memiliki kapasitas produksi 25 dan 200 kilogram (kg) per hari. BPPT juga akan meningkatkan kapasitas produksi beras analog hingga 500 kg per hari.
"Beras analog jagung dicampur dengan mocaf singkong sehingga mudah dibentuk nasi, menambah nilai gizi dan rasanya enak, sedangkan untuk beras sagu dicampur kacang merah," ucapnya.
#beras #alami #dari #sorgum #sehat #alami #kesehatan #pulen #melancarkanperedarandarah #pencernaan #murah #readystock #enak #analog #jagung #ipb #inovasi #berasanalogjagung #bogor #jbodetabek